Ingin berkurban dengan tetap mengurangi sampah plastik gagal total. Malah menambah sampah plastik, maksudnya?
Ya! Maksudnya? Hari itu kami meniatkan eco-qurban, saya sudah menyiapkan besek. Dan meminta pada panitia mensosialisasikan dilarang menggunakan kantong kresek dan diminta warga yg mendapatkan kupon membawa kantong sendiri. Dan eco-qurban di wilayah ini pun bagus sekalian edukasi lingkungan karena masyarakat di kampung ini sebagian besar punya kebiasaan buruk terhadap lingkungan yaitu “BUANG SAMPAH SEMBARANGAN TERMASUK BUANG SAMPAH KE ALIRAN SUNGAI CISADANE”
Apa yg terjadi pada hari H? Panitia tetap membeli kantong kresek, dan setelah disimpan ke besek dikresekkin. Lah? Ini namanya nambah sampah dong? Iya, disitulah kekecewaan saya pada panitia kurban.
Eco-qurban prinsipnya adalah beribadah tanpa merusak lingkungan. Sebagai Khalifah fii al ardhi manusia diamanatkan menjaga bumi. Pesannya jelas yg membuat rusak dan baik bumi ini adalah kita manusia, namun acapkali kita sebagai manusia hanya berpikir linier saja. Ibadah untuk pahala diri sendiri tanpa memikirkan akhlak terhadap bumi. Pola berpikir seperti inilah biang kehancuran islam. Pola pikir EGOIS mementingkan diri tanpa mau menoleh dampak dari ibadah kita. Sebagai agama parapurna yg sdh mengatur segala hal, kita menjadi malu…karena akhlak muslim kita.
Jika aqidah adalah akar, syariah/ibadah adalah batang, dan akhlak adalah buah. Maka acapkali muslim hanya menampakkan pohon yg kokoh tapi tak berbuah-berbuah atau infertil. Itulah perumpamaan umumnya muslim di Indonesia sampai hari ini. Ada saja muslim yg kokoh tanpa menghasilkan buah yg dapat dinikmati umat manusia. So, next year should be better….