WN ISIS haruskan dikembalikan ke Indonesia?

600-an kombatan ISIS akan dipulangkan kembali ke Indonesia. Sebelumnya ada 200-an warga negara ISIS yang merasa tertekan atau memang memilih kabur dari ISIS sudah kembali ke Indonesia dan mendapatkan beberapa program deradikalisasi. Jumlah 800-an yang sudah dan akan kembali ini belum termasuk anggota ISIS yang pulang sendiri melalui jalur UMROH dan HAJI sehingga tidak terdeteksi pemerintah, dan mereka yang memang tidak pergi ke ISIS.

600-an ini memang yang tertangkap dan ikut berjuang dengan ISIS. Bayangkan tingkat radikalisme dan terorisme mereka! Mengingat hal ini tentu kita bertanya, “Haruskan mereka diterima kembali oleh Indonesia? Mereka sendiri telah membakar PASPOR Indonesia, yang artinya sudah tidak mau menjadi WNI. Kemudian kita memulangkan mereka, jangan sampai mereka ini merasa menjadi tawanan dan makin membenci pemerintah Indonesia.

Kekalahan ISIS bukan berarti menghapuskan mimpi berdirinya Khilafah Islamiah atau Islamic State. Dari seruan pemimpin ISIS sangat jelas, bahwa obyek perjuangan bisa berpindah ke berbagai negara. Mereka melihat Asia Tenggara dengan pusatnya Indonesia bisa dijadikan sasaran berdirinya Islamic State. Mengapa ISIS melihat Asia Tenggara, khususnya Indonesia sangat potensial mendirikan Khilafah Islamiyah? Berikut beberapa alasannya:

  1. Hizbut Tahrir, diterima dengan baik oleh Indonesia. Bahkan pada dasawarsa 1980-an sampai dengan 2017 lalu, Hizb. Tahrir secara formal dapat berkiprah di Perguruan Tinggi Indonesia, mereka dengan bebas melakukan pengkaderan melalui lembaga formal kampus seperti DKM dan LDK. Hizb Tahrir pun diakui sebagai ormas resmi di Indonesia. Hizb Tahrir memang melarang penggunaan senjata dan kontak fisik dalam memperjuangkan berdirinya khilafah islamiyah. Hizbut Tahrir hanya menggunakan jalan “Pertarungan pemikiran” yaitu menyebarkan opini provokatif untuk menyerang pemerintahan dan sistem pemerintahan yang ada, dengan tujuan melemahkan kepercayaan rakyat pada pemerintahan sah. Masyarakat yang sudah terbakar amarahnya dan pemikiran pun ingin segera mewujudkan tatanan pemerintahan baru yang diimpikan yaitu KHILAFAH ISLAMIAH, akan mudah diajak bergerak dan berdemo untuk menggulingkan pemerintahan sah [mengambil alih kekuasaan dengan jalan umat]. Pada momen inilah, ISIS akan menjadi bagian. Demo dengan kontak fisik bersenjata dengan angkatan bersenjata adalah momen yang ditunggu mereka sebagai bagian Jihad, ISIS masuk di sini untuk mengambil alih kekuasan dan menduduki kekuasaan. Hizb Tahrir memang tidak melakukan kontak fisik bersenjata, namun ISIS sangat mengambil keuntungan dari “KERINDUAN UMAT TERHADAP KHILAFAH” dan “MOMENT KUDETA”. Hizbut Tahrir akan menjadi bahan bakar bagi ISIS.
  2. Ikhwanul Muslimin (IM), dibeberapa negara Ikhwanul Muslimin dinyatakan sebagai organisasi terorisme karena beberapa upaya melakukan kudeta. Oleh sebab itu dibanyak negara mereka tidak lagi menggunakan nama IM tapi menggunakan nama khas wilayahnya misalnya PAS di Malaysia, PKS di Indonesia, dan Refah di Turki. Untuk Indonesia sendiri PKS selain bermahzab pada IM juga bergabung dari berbagai organisasi yang dulu mencita-citakan Negara Islam Indonesia, bahkan beberapa petingginya sangat dekat kekerabatnnya dengan perjuangan DI/TII. Berjuang dengan cara bergabung menjadi partai politik legal melalui pemilu dan berhasil mendudukan anggotanya di badan legislatif, yudikatif, bahkan eksekutif. ISIS melihat peluang, bahwa mereka ini adalah kawan seideologi, yang dapat membantu mereka ketika mereka mendapatkan banyak kendala terutama dalam kebijakan yang ada. Garis perjuangan sama, hanya beda uslub (cara). IM (PKS) sama sekali berbeda ranah perjuangan dengan ISIS, tapi bagi ISIS….IM di Indonesia adalah sabuk pengaman ISIS.
  3. FPI, FUI, dan ormas radikal lainnya, juga akan memberikan keuntungan bagi ISIS. Ormas-ormas ini sangat menyadari bahwa garis perjuangan ISIS sama dengan garis perjuangan mereka, hanya cara ISIS berjuang lebih sadis, tidak hanya anarkis tapi sudah teror. ISIS menyadari bahwa ormas-ormas ini pun tak mungkin kontra produktif terhadap perjuangan ISIS. Bagi ISIS ormas ini adalah bamper yang siap bertarung opini dan aksi dengan masyarakat dan pemerintah untuk membela ISIS.

ISIS yakin bahwa pergerakkannya akan didukung oleh gerakan lain yang siap menjadi bahan bakar, sabuk pengaman, bahkan bamper. Inilah alasan mengapa Asia Tenggara dijadikan target berikutnya oleh ISIS. 600 kompatan ISIS itu punya kemampuan untuk menggalang ini semua, dan mewujudkan Indonesia seperti “Suriah” ………

Ingat, bahwa Suriah pun diawali dengan terbakarnya emosi sebagian masyarakat atas terpilihnya Presiden Bashar Al Ashaad oleh lebih dari 70% masyarakat secara demokratis. Bayangkan kurang dari 30% masyarakat yang tidak setuju itu dapat membakar kekacauan yang luar biasa tragisnya, pada saat kekacauan itu terjadi, ISIS pun mengambil peran deklarasi dan caplok wilayah. Hal ini bisa terjadi di Indonesia…..

Ingat 212 bukan sekedar “menurunkan Ahok”, jika sekedar menurunkan Ahok dan memilih Anies saja, tidak akan ada pemeliharaan perasaan kesatuan umat lewat reuni tahunan. 212 adalah wujud kesatuan muslim yang sudah dipengaruhi ide2 untuk mendirikan negara islam indonesia (apapun bentuknya entah NKRI Bersyariah, Khilafah, atau Jamiatul Muslim). Melalui gerakan 212 ini emosi dan pikiran umat untuk melemahkan pemerintahan sah dengan cara mencari kelemahan untuk digoreng dan dihasut akan terus dilakukan. Dengan alasan mengkritisi kebijakan pemerintah……gerakan 212 akan terus dilakukan berharap pemerintahan koleps, dan menyerahkan kekuasaannya pada mereka secara sukarela….. jika jalan sukarela sulit ditempuh, maka anggota ISIS lah yang akan ambil peran.

Kengerian ini, dan efek mudorot yang akan dialami oleh rakyat, yang membuat kita menolak kombatan ISIS diterima kembali oleh pemerintah Indonesia. Di sini kita besarkan anak cucu kita, berharap Indonesia tetap damai…. jangan sampai kita mewariskan konflik dan peperangan pada anak cucu kita. Wallohualam bi sawab.