Teacher’s Diary

Ada film Thailand yang selalu ingin saya tonton, sejak pertama kali ketemu list-nya di Apple Movies. Tapi belum kesampaian sampai akhirnya ketemu lagi di Goplay. Dan tadi malam karena susah tidur akhirnya saya berhasil nonton. Film berdurasi hampir dua jam ini mengangkat tema “Guru di wilayah terpencil, terdalam, dan tertinggal” dikemas dalam nuansa romantis dengan ide cerita yang “BRILIANT” menurut saya.

Cerita yang berkisah tentang sekolah dan guru pasti saya tonton dan biasanya saya buru, mengapa? Karena biasanya ada banyak inspirasi di sana. Dugaan saya benar, di film ini ada insight yang bisa diambil “Bagaimana seharusnya seorang guru mendedikasikan dirinya untuk anak didiknya, menyesuaikan dengan kontekstual peserta didik dalam pengajarannya dan boleh juga sedikit ‘gokil serta nekad’ demi anak didiknya” [SAYA MENAHAN DIRI UNTUK TIDAK SPOILER].

Cerita-cerita guru seperti ini harus terus disemarakkan pada mereka yang kuliah di jurusan Pendidikan. Mengapa? Entahlah apakah ini hanya fakta pencilan yang saya alami dan rasakan atau ini merupakan fenomena umum. Jadi begini, sepengalaman saya ngajar dari tahun 1997 sampai sekarang dengan beragam jenjang saya pernah alami mulai guru SD, SMP, SMA, sampai sekarang saya ngajar calon guru di sekolah.

Fakta yang saya temui adalah “Banyak Alumnus Pendidikan Guru acapkali terjebak pada ZONA NYAMAN DAN MAPAN” maksudnya? Maksudnya mereka mengajar hanya mengajar sesuai teori kependidikan yang diperoleh, terkadang mengajar tanpa roh – ah ini memang pekerjaan profesional saya, saya mengajarkan begini-begini saja gak perlu susah-susah dan menyusahkan diri saya. Namun, ada juga beberapa alumnus keguruan yang juga idealis tinggi walau sedikit selengan kayak Guru Ann di film ini tapi populasinya sedikit sekali.

Sebaliknya mereka yang putar haluan dari NONDIK tertarik jadi guru, maka idealismenya pun tinggi. Tentu saja sangat sedikit tidak lebih dari 10% alumnus NONDIK yang menetapkan jadi guru walaupun seringkali ada ejekkan Intitute Teaching Bandung atau Institut Pendidikan Bogor, karena beberapa alumni ITB/IPB memang menekuni profesi guru.

Sebenarnya wajar aja sih, mereka dari jalur NONDIK menjadi guru akan melakukan ‘ombak banyu’ dalam mengajar, misalnya mereka yang berasal dari background sains, hanya punya satu hal dalam mengajar “Bagaimana menjadikan anak didiknya mencintai sains seperti ilmuwan”, maka pendekatan pembelajaran laksana sebagai seorang ilmuwan akan dijalankan. Misalnya ketika mengajar tentang mengapung melayang dan tenggelam lalu mengajarkan tentang rambatan bunyi lebih keras terdengar melalui media air atau padat, jangan heran kalau mereka akan ngajak langsung anak2 itu terjun ke kolam renang melakukan eksplorasi. Karena ketika kami belajar sains itulah yang kami lakukan, Ini akan berbeda dengan mereka alumnus pendidikan sains, mereka akan mencari media2 dari internet atau menyusun gambar2 dan video atau melalukan mini simulasi pakai praktikum agar anak paham tentang konsep mengapung, melayang, tenggelam, dan rambat bunyi di air.

Guru “ombak banyu” yang melakukan lompatan-lompatan pendekatan pengajaran pada para siswa akan ditemui pada Sosok Guru Ann dan Guru Song (Silahkan saksikan, gak mau bikin spoiler ah).

Nah, dari segi “IDE CERITA” saya sih jempollah. Berfokus pada Diary Guru Ann, menjadi panduan bagi Guru Song bagaimana mengajar anak2 di rumah kapal dan jatuh cinta pada bayangan yang belum dia lihat. Selanjutnya Guru Song melanjutkan menulis cerita mengajarnya di Buku Diary Ann. Ketika Guru Ann balik lagi ke sekolah kapal dia baca kembali buku diary-nya, guru Ann pun jatuh cinta pada Guru Song yang juga tidak dia lihat. Bagaimana akhir romansa guru Ann dan Guru Song? Nonton di Goplay, ada teks bahasa Indonesianya loh! Dan kayaknya ini bisa jadi tontonan ketika hari TEACHER DAY, filmnya tidak hanya bicara idealisme tapi juga romansa.